Simposium Internasional Pemantauan Gunung Berapi untuk Tindakan Segera Menghadapi Bencana di Institut Penelitian Gunung Fuji, Yamanashi, Jepang

Salah satu dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana (Unud), Alvin Yesaya, S.T.M.Eng, menyampaikan paparan dalam Simposium Internasional tentang Pemantauan Gunung Berapi untuk Tindakan Segera Menghadapi Bencana di Mount Fuji Research Institute (MFRI), Yamanashi, Jepang, pada tanggal 4 Maret 2024. Acara ini diselenggarakan oleh MFRI dalam rangka proyek kerjasama Japan International Cooperation Agency (JICA) dengan judul "Membangun Masyarakat yang Tahan Bencana melalui Pemanfaatan Universitas Lokal sebagai Basis untuk Merespon Bencana Berskala Kecil dan Berskala Besar" dari tahun 2022 sampai dengan 2025. Sebagai bagian dari proyek kolaborasi antara MFRI dan NPO Volcano UGM untuk "Astungkara Giri Agung Aman/Proyek Peningkatan Kapasitas Masyarakat di Lereng Gunung Agung", Universitas Udayana sebagai Universitas tertua di Bali memiliki peran penting untuk memberikan edukasi tentang mitigasi bencana dan ketangguhan masyarakat khususnya di Daerah Rawan Bencana.

Terdapat 5 pembicara dalam simposium tersebut. Kazuya Yamakawa dari Mount Fuji Research Institute (MFRI) berbicara tentang “Volcanic Infrasound Observation for Quick Detection of Eruption Vents,” untuk melakukan deteksi dini aktivitas gunung berapi dengan memanfaatkan suara yang lebih terjangkau dibandingkan pemantauan seismik. Kedua adalah Dr Wiwit Suryanto dari UGM yang membahas tentang “Upaya Pemeliharaan Stasiun Pemantau Gunung Api Melalui Perguruan Tinggi Lokal di Indonesia” yang menekankan pentingnya peran perguruan tinggi lokal dalam memantau dan mengembangkan teknologi aktivitas gunung berapi. Setelah itu, Pak Alvin memaparkan materi “Analisis Awal Pembangunan Check Dam Gunung Agung untuk Mitigasi Bencana, memaparkan pentingnya dan kondisi eksisting Sabo Dam pasca erupsi Gunung Agung pada tahun 2017. Sabo Dam biasanya dibangun di kawasan hulu gunung untuk menampung dan mengontrol aliran sedimen terutama untuk memerangkap lava. Infrastruktur ini juga penting untuk melindungi penduduk setempat dari banjir lahar dingin. Hal ini sering digambarkan sebagai semburan lumpur vulkanik yaitu lava yang mengandung batuan dan abu vulkanik yang terbawa oleh curah hujan di sungai. Belajar dari pengalaman letusan di masa lalu, pembangunan sejumlah Sabo Dam sangatlah diperlukan. Selanjutnya Bapak Suta Wijaya selaku Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana Provinsi Bali membagikan kegiatan kerelawanan untuk mengedukasi guru dan siswa mengenai bahaya bencana alam di Bali. Pembawa acara terakhir adalah Bapak Keigo Fujimaki dari Pusat Pendidikan di Kota Kawaguchiko, Prefektur Yamanashi yang berbicara tentang “Program Pendidikan Gunung Fuji di Kota Fujikawaguchiko, Prefektur Yamanashi, Jepang. Ia berbagi tentang pengembangan kurikulum mitigasi bencana untuk sekolah dasar di kota Fujikawaguchiko bekerja sama dengan para guru, peneliti, dan lembaga pendidikan.

Kolaborasi antara institusi internasional, universitas lokal, dan masyarakat lokal merupakan faktor penting untuk membangun ketahanan bencana pada masyarakat lokal seperti yang digambarkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 11 untuk membuat kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan penelitian dan aksi masyarakat yang tangguh terhadap bencana untuk generasi mendatang.